TRIBUNNEWS.COM – Mesir berencana membuka kembali Kedutaan Besar di Ibu Kota Libya setelah ditutup sejak 2014 lalu.
Menurut narasumber dari Mesir dan pejabat Libya, keputusan ini menandai perdamaian faksi yang berbasis di Tripoli.
Pembukaan kembali Kedutaan Besar dibahas oleh delegasi Mesir yang berkunjung ke Libya pada Senin dan Selasa (15-16/2/2021)
Pertemuan itu juga bertepatan dengan pemerintahan sementara baru yang akan dibentuk sebagai upaya terbaru yang ditengahi PBB untuk menyatukan kamp-kamp di Libya timur dan barat.
Baca juga: AS Serukan Penarikan Pasukan Rusia dan Turki dari Libya, setelah Langgar Batas Waktu yang Ditentukan
Baca juga: Kemenag Hambat Studi ke Al Azhar Mesir, PUSIBA Hadir Beri Solusi


Mesir telah menjadi salah satu pendukung paling menonjol dari komandan militer yang berbasis di timur Khalifa Haftar, yang Tentara Nasional Libya (LNA)-nya melancarkan kampanye untuk mengambil kendali atas Tripoli yang runtuh pada Juni tahun lalu.
Mengutip Reuters, Mesir melihat Haftar sebagai opsi terbaik untuk mengamankan perbatasannya dengan Libya.
Bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA), ia juga mendukung tujuannya untuk menentang kelompok-kelompok Islamis dan pengaruh Ikhwanul Muslimin di Libya.
Pengaturan Logistik
Selama kunjungannya ke Tripoli, delegasi Mesir bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Dalam Negeri dari pemerintah yang akan berakhir, yang sejalan dengan faksi militer yang memerangi Haftar, menurut pos dari kementerian Libya.
Menurut narasumber diplomatik Mesir, kunjungan tersebut membahas pengaturan logistik untuk membangun kembali kehadiran diplomatik Mesir dalam periode mendatang melalui kedutaan besarnya di Tripoli dan konsulatnya di kota timur Benghazi.